Akan tetapi Liturgi itu puncak yang dituju kegiatan Gereja, dan serta merta sumber segala daya-kekuatannya. Sebab usaha-usaha kerasulan mempunyai tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan babtis menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam Korban dan menyantap perjamuan Tuhan.

Di lain pihak Liturgi sendiri mendorong Umat beriman, supaya sesudah dipuaskan “dengan Sakramen-sakramen Paska menjadi sehati-sejiwa dalam kasih”. Liturgi berdoa supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman”. Adapun pembaharuan perjanjian Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan Umat beriman dalam cinta kasih Kristus yang membara. Jadi dari Liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan permuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya. (Sacrasanctum Concilium art. 10)

Sunday, March 20, 2011

Paskah

Misa Minggu Paskah harus dirayakan dengan meriah. Sebagai tobat dianjurkan hari ini pemercikan dengan air, yang diberkati pada Malam Paskah; sementara itu dinyanyikan antifon "Vidi aquam" - "Aku melihat air" atau nyanyian lain dengan ciri baptis. Dengan air berkat ini juga tempat air pada pintu gereja diisi. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 97)

Perayaan Vesper Paskah yang disertai prosesi ke bejana baptis seraya menyanyikan mazmur, hendaknya dipertahankan, di mana lazim, dan hendaknya dimulai, bila belum lazim. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 98)

Lilin Paskah ditempatkan di sisi mimbar atau di sisi altar; lilin itu sekurang-kurangnya pada semua perayaan liturgi agak besar dinyalakan, pada Misa, ibadat pagi atau ibadat sore, sampai dengan Minggu Pentakosta. Setelah itu lilin Paskah itu disimpan dengan hormat dalam kapel baptis, dan pada perayaan baptis lilin baptis dinyalakan padanya. Pada Misa Arwah pada hari pemakaman lilin Paskah hendaknya ditempatkan pada peti sebagai tanda bahwa kematian orang kristiani adalah paskah pribadinya. Di luar masa Paskah lilin Paskah tak boleh dinyalakan dan juga tidak tinggal yang di altar. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 99)

Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Malam Paskah

Pada hari Sabtu Paskah Gereja tinggal di makam Tuhan, merenungkan Penderitaan, Wafat dan turun-Nya ke alam maut dan menantikan Kebangkitan-Nya dengan puasa dan doa. Amat dianjurkan, untuk merayakan ibadat bacaan dan ibadat pagi bersama jemaat (bdk. no. 40). Di mana hal ini tak mungkin, hendaknya diadakan ibadat Sabda atau kebaktian yang sesuai dengan misteri hari ini. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 73)

Gambar Kristus - pada salib, beristirahat di makam atau turun ke alam maut -, yang menjelaskan misteri Sabtu Paskah, atau juga gambar Bunda berduka, dapat dipasang dalam gereja untuk dihormati kaum beriman. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 74)

Pada hari ini Gereja tak merayakan Kurban Misa. Komuni suci hanya dapat diberikan sebagai bekal suci. Perayaan sakramen perkawinan dan sakramen-sakramen lain, kecuali sakramen tobat dan orang sakit, tak boleh diberikan. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 75)

Kaum beriman harus diajar tentang ciri Sabtu Paskah. Kebiasaan yang terkait dengan hari ini, karena dahulu waktu perayaan Paskah dimajukan, harus dikhususkan bagi malam Paskah dan Minggu Paskah. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 76)

Malam Paskah menurut tradisi kuno adalah "malam tirakatan (vigili) bagi Tuhan"; tirakatan yang diadakan mengenang malam kudus Tuhan bangkit dan karena itu dipandang sebagai "induk semua tirakatan. Di malam ini Gereja menantikan dalam doa Kebangkitan Tuhan dan merayakannya dengan sakramen baptis, krisma dan ekaristi. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 77)

Seluruh perayaan Malam Paskah dilaksanakan waktu malam: tak boleh diadakan sebelum gelap atau berakhir setelah fajar Minggu. Peraturan ini harus ditepati secara ketat. Penyelewengan dan kebiasaan yang terjadi di sana sini, yakni merayakan Malam Paskah pada waktu biasanya diadakan Misa Sabtu sore, tak dibenarkan. Alasan yang kadang-kadang diajukan untuk memajukan waktu perayaan Malam Paskah, misalnya kerawanan publik, tidak diberlakukan di malam Kelahiran Tuhan atau bila menyangkut acara macam-macam. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 78)

Malam Pesta Paskah yang dijalani orang-orang Ibrani dalam menantikan peralihan Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan firaun, dijadikan kenangan tahunan akan peristiwa ini; ia adalah gambar yang mewartakan Paskah sejati Kristus, sekaligus gambar pemerdekaan sejati: "Kristus mematahkan rantai kematian dan naik dari alam maut sebagai pemenang". (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 79)

Sejak semula Gereja menjalani Paskah tahunan, hari raya tertinggi, dalam perayaan malam. Karena Kebangkitan Kristus adalah dasar iman kita dan harapan kita; oleh baptis dan krisma kita dimasukkan ke dalam misteri Paskah: mati bersama Dia, kita dimakamkan bersama Dia, dibangkitkan bersama Dia dan akan berkuasa bersama Dia juga. Tirakatan ini juga ditujukan kepada penantian kedatangan Tuhan kembali. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 80)

Malam Paskah mempunyai struktur sebagai berikut:
  1. Bagian I : Perayaan cahaya pendek dan madah Paskah
    terdiri dari tindakan simbolis, yang hendaknya dilaksanakan seluruhnya dalam segala keindahannya, agar maknanya seperti diungkapkan dalam pengantar dan doa-doa, menjadi jelas bagi kaum beriman.
    Bila mungkin, sebaiknya di luar gereja di tempat yang sesuai diletakkan perapian untuk memberkati api; hendaknya cukup besar, agar nyala sungguh menembus kegelapan dan malam menjadi terang. Lilin Paskah demi kesungguhan tanda, harus sungguh lilin dari malam dan setiap tahun lilin baru; hanya boleh dipakai satu lilin Paskah, cukup besar tetapi tak pernah boleh buatan, agar dapat menjadi tanda bagi Kristus, yang adalah cahaya dunia. Ia diberkati dengan tanda dan kata yang ditetapkan dalam buku misa yang dapat diganti oleh Konferensi Waligereja dengan yang lain.
    Dengan prosesi umat memasuki gereja dan diterangi hanya oleh cahaya lilin Paskah. Seperti putra-putra Israel di malam dibimbing oleh tiang api, demikian pula orang-orang kristiani pada gilirannya mengikuti Kristus dalam kebangkitan-Nya. Dalam prosesi itu jawaban umat "Syukur kepada Allah" dapat ditambahkan seruan untuk menghormati Tuhan. Dari lilin Paskah cahaya dibagikan kepada lilin-lilin yang dibawa semua, sementara cahaya listrik masih belum dinyalakan.
    Diakon mewartakan madah Paskah yang menyanyikan misteri Paskah dalam kata-kata puitis, tertampung dalam seluruh sejarah keselamatan. Bila tiada diakon, dan bukan imam sendiri yang dapat menyanyikan madah Paskah, dapat diserahkan kepada seorang penyanyi. Konferensi Uskup dapat menyesuaikan madah Paskah itu dengan memasukkan aklamasi jemaat.
  2. Bagian II : Ibadat Sabda. Gereja Kudus merenungkan karya agung yang dilaksanakan Allah Tuhan pada umat-Nya sejak semula.
    Bacaan-bacaan dari Kitab Suci merupakan bagian kedua perayaan Malam Paskah. Di dalamnya dilukiskan karya-karya agung sejarah keselamatan yang harus direnungkan kaum beriman dengan tenang; mereka dibantu nyanyian mazmur tanggapan, keheningan meditatif dan doa-doa setelah bacaan.
    Perayaan Malam Paskah yang dibaharui mempunyai tujuh bacaan dari Perjanjian Lama, yakni dari Taurat dan para Nabi, yang sebagian besar berasal dari tradisi kuno Timur dan Barat, dan dua bacaan dari Perjanjian Baru, satu bacaan surat Rasul dan Injil. Demikianlah Gereja menjelaskan misteri Paskah Kristus "dengan berpangkal pada Musa dan semua Nabi". Maka dari itu haruslah dibacakan semua bacaan, di mana mungkin, agar terpelihara ciri tirakatan yang memang memerlukan waktu yang lebih lama.
    Tetapi bila ada alasan pastoral untuk mengurangi jumlah bacaan itu, haruslah sekurang-kurangnya dipakai tiga bacaan dari Perjanjian Lama, yakni dari kitab Taurat dan Nabi-nabi; dalam pada itu harus ada bacaan dari bab ke 14 dari Kitab Keluaran dengan kantikumnya.
    Arti tipologis teks-teks Perjanjian Lama berakar dalam Perjanjian Baru dan dijelaskan dalam doa yang dibawakan imam setelah setiap bacaan; kiranya dapat membantu, bila kaum beriman dengan pengantar pendek oleh imam atau diakon dihantar untuk mengerti arti tipologis itu. Komisi Liturgi nasional atau diosesan hendaknya menyediakan bahan yang bermanfaat untuk itu bagi para pengemban pastoral.
    Setelah setiap bacaan dinyanyikan mazmur tanggapan; jemaat menjawab dengan refren.Pengulangan unsur-unsur itu dimaksudkan untuk mempertahankan irama yang membantu kaum beriman mengikutinya dengan batin penuh perhatian dan kesalehan. Hendaknya dengan seksama diusahakan agar mazmur jangan diganti dengan nyanyian yang kurang pantas bagi liturgi.
    Setelah bacaan Perjanjian Lama dinyanyikan gloria dan lonceng-lonceng dibunyikan, di mana lazim; lalu diikuti doa pembukaan dan orang beralih kepada bacaan-bacaan dari Perjanjian Baru. Sebagai epistola dibacakan nasihat Rasul Paulus tentang baptis sebagai inisiasi ke dalam misteri Paskah Kristus.
    Semua berdiri dan dengan meriah imam menyanyikan aleluya, tiga kali dan setiap kali lebih tinggi, dan umat mengulanginya. Bila perlu, aleluya dinyanyikan pemazmur atau penyanyi; umat mengulanginya sebagai sisipan antara ayat-ayat mazmur 118 (117), yang begitu sering dipakai para Rasul dalam kotbah Paskah. Pemakluman Kebangkitan Tuhan dalam Injil merupakan puncak seluruh ibadat Sabda. Injil diikuti homili, meskipun pendek dan tak boleh diabaikan.
  3. Bagian III Malam Paskah ialah perayaan baptis.
    Paskah Kristus dan Paskah kita kini dirayakan dalam sakramen. Hal ini diungkapkan sepenuhnya dalam gereja-gereja di mana ada tempat baptis, bila juga orang dewasa digabungkan pada Gereja atau sekurang-kurangnya anak-anak dibaptis. Juga bila tiada calon baptis, dalam gereja paroki diberkati air baptis. Bila pemberkatan tidak dilaksanakan pada tempat baptis, melainkan di dekat altar, air baptis kemudian dibawa ke tempat baptis, di mana ia disimpan selama seluruh masa Paskah. Di mana tiada orang dibaptis dan tiada pemberkatan air baptis, air diberkati untuk mengenang baptis dan untuk memerciki umat.
    Setelah itu dilaksanakan pembaharuan janji baptis, Imam mengatakan beberapa kata pengantar. Kaum beriman sambil berdiri memegang lilin yang menyala dan menjawab atas pertanyaan yang diajukan. Lalu mereka diperciki dengan air suci. Demikianlah dengan tanda dan kata mereka diingatkan akan baptis yang telah mereka terima. Imam menelusuri gereja dan memerciki jemaat, sementara semua menyanyikan antifon; "Vidi aquam" - "Aku melihat air" atau nyanyian lain dengan ciri baptis.
  4. Bagian IV : diundang Tuhan ke meja yang disediakan-Nya bagi umat-Nya, sebagai kenangan akan wafat dan Kebangkitan-Nya, sampai ia datang kembali.
    Perayaan ekaristi adalah bagian IV perayaan Malam Paskah dan juga puncaknya, karena ekaristi adalah sakramen Paskah, kenangan akan kurban salib Kristus, kehadiran Tuhan yang Bangkit, penyelesaian inisiasi ke dalam Gereja dan antisipasi pesta Paskah abadi.
Urutan tata perayaan ini tak boleh diubah atas kuasa sendiri.
Harus diusahakan agar perayaan ekaristi jangan cepat-cepat dan tergesa-gesa; sebaliknya, semua ritus dan perkataan harus diungkapkan dengan tegas: Doa permohonan yang dilaksanakan mereka yang baru dibaptis untuk pertama kalinya sebagai kaum beriman yang mewujudkan imamat kerajaan. Persiapan persembahan yang melibatkan peran mereka yang baru dibaptis, Doa Syukur Agung I, atau II, atau III dengan sisipan masing-masing, yang sebaiknmya dinyanyikan100. Akhirnya Komuni sebagai saat partisipasi paling mendalam pada misteri yang dirayakan. Pada komuni bila mungkin, hendaknya dinyanyikan Mazmur 118 (117) dengan antifon "Anak domba kita" atau mazmur 33 (32) dengan tiga kali haleluya sebagai antifon, atau nyanyian Paskah lain. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 81-91)

Sepantasnya komuni dalam perayaan Malam Paskah diberi kepenuhan tanda ekaristis, dengan membagikannya dalam rupa roti dan anggur. Ordinaris wilayah hendaknya memutuskan, sejauh mana hal ini sebaiknya dilaksanakan(Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 92)

Perayaan Malam Paskah harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan jemaat memahami seluruh kekayaan teks dan ritus. Maka dari itu harus diperhattkan, agar semuanya penuh makna dan tepat, agar kaum beriman berperan aktif dan diusahakan agar ada cukup misdinar serta lektor dan paduan suara. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 93)

Diharapkan agar kadang-kadang beberapa jemaat berhimpun dalam satu gereja, bila jemaat-jemaat ini amat berdekatan atau terlalu kecil, sehingga perayaan meriah tak mungkin. Partisipasi kelompok-kelompok dalam perayaan bersama Malam Paskah hendaknya dikembangkan agar dengan demikian semua orang beriman mendapat pengalaman yang lebih mendalam persekutuan dalam Gereja. Kaum beriman yang karena cuti tak berada di tempat, hendaknya diajak agar mereka mengambil bagian dalam ibadat di tempat liburan mereka. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 94)

Bila perayaan Malam Paskah diumumkan, hendaknya dihindari memberi kesan seolah-olah itu petang Sabtu Paskah. Sebaliknya harus dikatakan bahwa perayaan Malam Paskah terjadi "pada malam Paskah" sebagai satu-satunya ibadat. Para gembala hendaknya mengajak kaum beriman untuk mengambil bagian dalam seluruh perayaan Malam Paskah. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 95)

Perayaan Malam Paskah yang baik menuntut agar para gembala sendiri lebih memahami teks dan ritus, sehingga mereka mampu sebagai pendidik menghantar kaum beriman kepada misteri ini. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 96)

Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Saturday, March 19, 2011

Jumat Agung

Pada hari ini, waktu Kristus, domba kurban kita dikurbankan, Gereja merenungkan Sengsara Tuhan dan Mempelainya dan menyembah Salib-Nya; dalam pada itu ia merenungkan asal-usulnya dari luka sisi Kristus yang wafat pada salib dan berdoa bagi keselamatan seluruh dunia. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 58)

Menurut tradisi kuno pada hari ini Gereja tidak merayakan Ekaristi; komuni suci dibagikan kepada kaum beriman hanya selama perayaan Sengsara dan Wafat Kristus, tetapi mereka yang sakit yang tak dapat mengikuti perayaan ini, dapat menerimanya pada setiap saat. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 59)

Jumat Agung di seluruh Gereja harus dijalani sebagai hari tobat, dan puasa serta pantang diwajibkan. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 60)

Perayaan sakramen-sakramen pada hari ini juga dilarang keras, kecuali sakramen tobat dan orang sakit. Pemakaman diadakan tanpa nyanyian, orgel dan lonceng. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 61)

Dianjurkan pada hari ini merayakan ibadat bacaan dan ibadat pagi dalam gereja bersama jemaat (bdk.no.40). (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 62)

Perayaan Sengsara dan Wafat Kristus diadakan siang menjelang jam 15.00. Karena alasan pastoral dapat ditentukan waktu lain, yang memudahkan umat berkumpul, misalnya langsung setelah siang atau petang, tetapi tidak sesudah jam 21.00. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 63)

Tata perayaan Sengsara dan Wafat Kristus yang berasal dari tradisi kuno Gereja, (yakni: ibadat Sabda, penghormatan salib, perayaan komuni) harus diadakan dengan tepat dan setia, dan tak boleh diubah sesukanya. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 64)

Imam dan asistennya pergi dengan diam ke altar, tanpa nyanyian. Bila perlu diadakan pengantar, hendaknya hal ini diadakan sebelum imam masuk. Imam dan asistennya tunduk di depan altar dan menelungkupkan diri. Ritus ini khas bagi Jumat Agung dan hendaknya dipertahankan, baik karena sikap rendah hati pantas bagi manusia, maupun mengungkapkan kedukaan Gereja. Kaum beriman berdiri selama masuknya imam dan setelahnya berlutut dan hening sejenak dalam doa. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 65)

Bacaan yang tersedia harus dibacakan lengkap. Nyanyian tanggapan dan nyanyian sebelum Injil dinyanyikan seperti biasanya. Kisah Sengsara menurut Yohanes dinyanyikan atau dibacakan seperti pada Minggu Palma (bdk. no. 33). Setelah Kisah Sengsara ada homili yang diakhiri dengan keheningan doa sejenak. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 66)

Doa permohonan hendaknya dilaksanakan menurut teks dan bentuk yang berasal dari tradisi kuno dengan segala intensi, karena mengacu kepada daya universal sengsara Kristus, yang tergantung pada kayu salib untuk keselamatan seluruh dunia. Dalam keadaan darurat berat Ordinaris wilayah dapat memperkenankan atau memerintahkan doa khusus tambahan. Dari jumlah doa permohonan yang disediakan Buku Misa, imam dapat memilih yang paling sesuai dengan keadaan setempat. Tetapi urutan doa permohonan hendaknya dipertahankan, yakni selalu mendahulukan kepentingan umum. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 67)

Untuk pengangkatan salib hendaknya cukup besar dan indah; salah satu dari kedua bentuk yang disediakan dalam buku Misa dapat dipilih. Ritus ini hendaknya dibawakan dengan meriah, sesuai dengan misteri penebusan kita: baik seruan pada pengangkatan salib maupun jawaban umat harus dinyanyikan, dan keheningan penuh hormat setelah ketiga kali berlutut jangan diabaikan, sementara imam sambil berdiri menjunjung salib. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 68)

Salib harus disajikan kepada setiap orang beriman untuk dihormati, karena penghormatan pribadi adalah unsur hakiki perayaan ini; hanya bila nadir jemaat yang amat besar, ritus penghormatan bersama dapat dilaksanakan. Hanya satu salib disediakan untuk dihormati, karena dituntut kesejatian tanda. Pada penghormatan salib dinyanyikan antifon, improperia dan madah, yang mengingatkan sejarah keselamatan dalam bentuk lirik; tetapi dapat juga diambil nyanyian lain yang sesuai. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 69)

Imam menyanyikan pengantar doa Bapa Kami, yang kemudian dinyanyikan oleh semua. Salam damai tak dipakai. Komuni dilaksanakan seperti diatur dalam Buku Misa. Sementara komuni dibagikan, dapat dinyanyikan mazmur 22(21) atau nyanyian lain yang sesuai. Setelah pembagian komuni, bejana dengan hosti yang lebih dibawa ke tempat yang disediakan di luar gereja. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 70)

Setelah perayaan altar dilucuti, tetapi salib dan keempat kandelar dibiarkan. Dalam gereja dapat disediakan tempat bagi salib (misalnya di kapel, di mana pada hari Kamis Putih Sakramen Mahakudus disimpan), di mana kaum beriman menghormatinya dan mengucupnya dan meluangkan waktu untuk merenung. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 71)

Kegiatan kesalehan rakyat, misalnya Jalan Salib, prosesi sengsara atau kebaktian terhadap Santa Perawan Maria yang berduka, janganlah diabaikan karena alasan pastoral, tetapi teks dan nyanyiannya hendaknya sesuai dengan liturgi. Waktu untuk kebaktian itu hendaknya ditetapkan sedemikian rupa, sehingga tak mengganggu ibadat utama, sehingga menjadi jelas bahwa perayaan liturgi jauh lebih penting daripada kebaktian itu. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 72)

Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Kamis Putih

Dengan Misa petang Kamis Putih "Gereja mengawali Trihari Suci Paskah dan memperingati Perjamuan Malam Terakhir; pada malam Kristus dikhianati, karena cinta akan orang-orangnya yang di dunia, Ia mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur kepada Bapa dan para Rasul sebagai makanan dan minuman dan menugaskan mereka serta para penggantinya dalam imamat, juga memper-sembahkannya sebagai kurban". (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 44)

Perhatian sepenuhnya harus diberikan kepada misteri-misteri yang peringatannya dirayakan dalam Misa ini: pengadaan ekaristi dan imamat serta perintah kasih persaudaraan; itulah yang juga harus menjadi bahan homili hari ini. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 45)

Misa Perjamuan Malam Terakhir dirayakan petang hari, pada waktu yang paling sesuai untuk partisipasi seluruh jemaat. Semua imam dapat berkonselebrasi dalam Misa petang, juga bila mereka pada hari ini telah berkonselebrasi dalam Misa krisma atau karena alasan pastoral harus merayakan Misa lain. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 46)

Bila dituntut keadaan pastoral, Ordinaris wilayah dapat memperkenankan Misa petang kedua di gereja-gereja dan kapel-kapel umum. Bagi kaum beriman yang tak dapat mengambil bagian dalam Misa petang, ia dapat, bila perlu, memperkenankan Misa juga pagi hari. Misa demikian itu tak pernah boleh diperkenankan untuk orang perorangan atau kelompok-kelompok kecil atau mempengaruhi partisipasi Misa utama petang hari. Menurut tradisi kuno Gereja pada hari ini semua Misa tanpa jemaat dilarang. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 47)

Sebelum perayaan tabernakel harus kosong sama sekali. Hosti untuk komuni kaum beriman harus dikonsekrir dalam perayaan kurban ini. Jumlah hosti yang harus dikonsekrir harus cukup juga untuk komuni pada Jumat Agung. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 48)

Untuk menyimpan Sakramen Mahakudus harus dipersiapkan kapel dan dihias dengan pantas yang mengundang untuk doa dan meditasi; dianjurkan suatu kesederhanaan .yang sesuai dengan hari-hari ini, sedangkan semua penyelewengan harus dihindari. Bila tabernakel berada dalam kapel tersendiri yang terpisah dari ruang utama gereja, dianjurkan menyediakan tempat penyimpanan dan penyembahan di situ. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 49)

Sementara "Gloria" dinyanyikan, lonceng-lonceng dibunyikan, bila lazim, dan setelah itu hening sampai Gloria di malam Paskah, kecuali jika ditentukan lain oleh Konferensi Waligereja atau Uskup setempat. Selama waktu itu juga orgel dan alat musik lain hanya boleh dipakai untuk mendukung nyanyian. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 50)

Pada hari ini sesuai dengan tradisi diadakan pencucian kaki pada pria-pria yang terpilih; maksudnya ialah untuk menunjukkan semangat pelayanan dan kasih Kristus yang datang, "tidak untuk dilayani, melainkan untuk melayani". Kebiasan ini hendaknya dipertahankan dan maksudnya diterangkan kepada kaum beriman. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 51)

Untuk persembahan dapat diadakan sumbangan bagi kaum miskin, terutama bila dikumpulkan selama masa Prapaskah sebagai buah matiraga; dalam pada itu orang menyanyi "Ubi caritas est vera". (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 52)

Amat layaklah pada hari ini para diakon, akolit atau pembantu komuni menyambut komuni langsung dari altar, pada saat komuni, untuk kemudian membawanya kepada orang sakit, agar mereka ini lebih erat dihubungkan dengan Gereja yang merayakan. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 53)

Setelah doa penutup diadakan prosesi. Sakramen Mahakudus dibawa melalui gereja ke tempat penyimpanan; pembawa salib terdepan, diikuti pembawa lilin dan dupa; Madah "Pange lingua" atau nyanyian ekaristis lain dinyanyikan. Pemindahan Sakramen Mahakudus tidak dilaksa-nakan, bila keesokan harinya pada Jumat Agung tidak diadakan perayaan Sengsara dan Wafat Kristus. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 54)

Sakramen Mahakudus ditempatkan dalam tabernakel yang kemudian ditutup. Pentakhtaan dengan monstrans tak diperkenankan. Tempat penyimpanan tak boleh berbentuk "makam suci"; hendaknya juga dihindari ungkapan "makam suci"; tempat penyimpanan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pemakaman Tuhan, melainkan untuk menyimpan hosti suci untuk komuni pada Jumat Agung. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 55)

Kaum beriman hendaknya diajak untuk setelah Misa Kamis Putih mengadakan adorasi malam di hadapan Sakramen Mahakudus dalam gereja. Dalam pada itu dapat dibacakan sebagian dari Injil Yohanes (bab 13-17). Adorasi ini setelah tengah malam tanpa upacara, karena hari Sengsara Tuhan sudah mulai. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 56)

Setelah Misa altar ditutupi. Salib-salib bila mungkin diselubungi dengan kain merah atau ungu, bila tidak sudah terjadi Sabtu sebelum Minggu Prapaskah ke 5. Di depan gambar para Kudus tak boleh dinyalakan lilin. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 57)

Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Trihari Suci

Gereja merayakan misteri terbesar penebusan manusia setiap tahun pada trihari yang berlangsung dari Misa Perjamuan Malam Terakhir pada Kamis Putih sampai dengan ibadat sore Minggu Paskah. Kurun waktu ini selayaknya bernama: "Trihari Penyaliban, Pemakaman dan Kebangkitan Kristus"42; juga disebut "Trihari Paskah", karena di dalamnya dipentaskan dan diwujudkan misteri Paskah, artinya, peralihan Tuhan dari dunia ini kepada Bapa. Oleh perayaan misteri ini, dalam tanda liturgis dan sakramental Gereja disatukan secara mesra dengan Kristus, Mempelainya. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 38)

Puasa Prapaskah pada kedua pertama hari-hari ini adalah puasa suci; Gereja berpuasa, menurut tradisi kuno, "karena mempelainya diambil daripadanya". Pada Jumat Agung puasa dan pantang harus diadakan di mana-mana; juga dianjurkan untuk meneruskannya pada Sabtu Paskah, sehingga Gereja dengan hati gembira dan terbuka mencapai sukacita Kebangkitan Tuhan. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 39)

Pada Jumat Agung dan Sabtu Paskah ibadat bacaan dan ibadat pagi hendaknya dirayakan terbuka bersama jemaat. Uskup hendaknya, bila mungkin, mengambil bagian di dalamnya bersama klerus dan umat. Ibadat ini, dulu disebut "Tenebrarum" harus mendapat tempat yang pantas dalam kesalehan kaum beriman; di dalamnya mereka hendaknya merenungkan dalam suasana doa Sengsara, Wafat dan Pemakaman Tuhan dan menantikan pewartaan Kebangkitan-Nya. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 40)

Untuk merayakan Trihari Paskah itu sepantasnya, diperlukan jumlah yang sesuai petugas dan putra altar yang harus diajar dengan tepat mengenai tugasnya. Para gembala harus menerangkan kepada kaum beriman makna dan jalannya perayaan semendalam mungkin dan mengantar mereka untuk mengambil bagian secara aktif dan rohani. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 41)

Nyanyian umat, demikian pula nyanyian imam dan petugas lainnya dalam perayaan Pekan Suci, khususnya Trihari Suci, amat bermakna, karena sesuai kemeriahan hari-hari ini menyanyikan teks yang dengan demikian dapat mengembangkan seluruh maknanya. Konferensi Waligereja diminta - bila belum terjadi - untuk menyediakan lagu untuk bagian-bagian yang harus selalu dibawakan dengan lagu, yakni:
  1. Doa permohonan pada Jumat Agung; eventual juga seruan diakon dan jawaban umat;
  2. Nyanyian pengangkatan dan penghormatan salib;
  3. Aklamasi prosesi lilin Paskah dan Madah Paskah, aleluya sesudah bacaan, litani dan aklamasi pemberkatan air baptis.
Teks liturgi nyanyian umat janganlah mudah diabaikan; terjemahannya ke dalam bahasa urriat harus disertai lagu. Selama teks liturgi dalam bahasa umat belum disertai lagu, hendaknya dipilih teks-teks serupa. Hendaknya disediakan sejumlah nyanyian untuk perayaan ini yang dipakai hanya untuk perayaan ini. Isinya terutama:
  1. Nyanyian pada pemberkatan dan prosesi Palma dan masuk ke gereja;
  2. Nyanyian prosesi dengan minyak-minyak suci;
  3. Nyanyian prosesi persembahan dalam Misa Perjamuan Malam Terakhir Kamis Putih dan Madah untuk pemindahan Sakramen Mahakudus;
  4. Tanggapan atas mazmur tanggapan dalam perayaan Malam Paskah dan nyanyian untuk pemercikan air suci.
Pantaslah juga Kisah Sengsara, Madah Paskah dan pemberkatan air baptis disertai lagu yang mempermudah menyanyikan teks-teks itu. Dalam gereja agak besar juga harus ditimba dari kekayaan musik Gereja lama dan baru; dalam pada itu hendaknya selalu ada kesempatan partisipasi umat. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 42)


Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Misa Krisma

Misa krisma, yang dirayakan Uskup bersama presbiterium, krisma suci dan minyak-minyak lain diberkati, harus menjadi ungkapan kebersamaan para imam dengan Uskup dalam satu imamat Kristus. Para imam dari semua kawasan Keuskupan harus diundang menghadiri Misa ini dan mengadakan konselebrasi bersama Uskup; mereka harus berfungsi sebagai saksi dan pembantu pada pemberkatan krisma, seperti mereka melaksanakan pelayanan sehari-hari sebagai rekan-rekan Uskup dan penasihatnya.
Juga kaum beriman hendaknya diundang untuk mengambil bagian dalam Misa ini dan menyambut ekaristi.
Menurut tradisi Misa Krisma diadakan pada Kamis Putih. Tetapi bila klerus dan umat pada hari ini sulit berkumpul sekitar Uskup, pemberkatan dapat dimajukan pada hari lain, yang harus dekat Paskah. Krisma dan minyak katekumen yang baru akan dipakai pada Malam Paskah untuk sakramen inisiasi. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 35)

Misa Krisma dirayakan hanya satu kali karena maknanya bagi kehidupan Keuskupan; harus di katedral, atau karena alasan pastoral dalam suatu gereja lain yang penting. Minyak-minyak suci harus diterima di paroki-paroki atau sebelum Misa Perjamuan Malam Terakhir atau pada waktu lain yang sesuai. Hal ini bermanfaat untuk mengajar kaum beriman tentang penggunaan krisma dan minyak lain serta dayanya dalam kehidupan kaum kristiani. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 36)

Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Minggu Palma

Pekan Suci mulai pada Minggu Palma, yang menghubungkan perayaan kemenangan Kristus Raja dengan pewartaan penderitaan-Nya. Pengaitan kedua aspek misteri Paskah ini harus menjadi jelas dalam perayaan dan katekese. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 28)

Sejak dahulu kala masuknya Kristus ke Yerusalem diperingati dalam prosesi meriah. Dengan ini kaum kristiani menjalani peristiwa ini dan menyertai Tuhan, seperti anak-anak Ibrani yang menyongsong-Nya dan menyerukan "Hosana". Dalam setiap gereja hanya boleh diadakan satu kali prosesi, sebelum Misa, yang dihadiri kebanyakan kaum beriman; boleh juga Misa sore, Sabtu atau Minggu. Kaum beriman berkumpul dalam gereja samping atau di tempat lain yang pantas di luar gereja, yang menjadi tujuan prosesi, dan membawa ranting palma atau ranting lain dan mendahului umat. Ranting-ranting itu diberkati untuk dibawa dalam prosesi. Kaum beriman dapat menyimpan ranting-ranting itu di rumah; mereka diingatkan akan kemenangan Kristus yang mereka rayakan dalam prosesi Palma. Para gembala janganlah mengabaikan apa pun untuk mempersiapkan prosesi demi penghormatan Kristus Raja, dan merayakannya agar juga menghasilkan buah rohani dalam kehidupan kaum beriman. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 29)

Untuk perayaan masuknya Kristus ke Yerusalem di samping prosesi meriah yang telah dilukiskan di atas, dalam Buku Misa disediakan dua bentuk lain, yang dapat dipakai bila prosesi karena aneka alasan tidak mungkin; tetapi jangan dipakai karena memilih kemudahan. Bentuk kedua ialah masuk meriah, bila tak dapat dilaksanakan prosesi di luar gereja. Bentuk ketiga ialah masuk biasa, yang diadakan dalam semua Misa Minggu ini, yang tidak didahului masuk meriah. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 30)

Di mana tidak dapat diadakan Misa, dianjurkan untuk pada petang sebelumnya atau pada saat yang pantas pada hari Minggu mengadakan perayaan Sabda dengan tema masuknya Kristus sebagai Almasih dan penderitaan-Nya36. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 31)

Selama prosesi hendaknya dinyanyikan oleh paduan suara dan umat nyanyian yang disediakan dalam Buku Misa seperti Mazmur 24 (23) dan 47 (46), atau nyanyian lain untuk menghormati Kristus Raja. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 32)

Kisah sengsara Tuhan dibawakan dengan meriah. Dianjurkan untuk membacakan atau menyanyikannya secara tradisional oleh tiga orang, yang mengambil alih peran Kristus, Penginjil dan umat. Harus dibawakan oleh para Diakon atau imam, atau, bila tidak ada, oleh lektor; dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi imam. Pada pewartaan kisah sengsara ini tidak dinyalakan lilin; dupa, salam bagi umat dan penandaan buku tidak diadakan; hanya para diakon sebelumnya mohon berkat imam, seperti pada Injil37. Karena manfaat rohani kaum beriman kisah sengsara dibawakan seutuhnya dan bacaan-bacaan sebelumnya tak boleh dilewati. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 33)

Setelah pembacaan kisah sengsara harus diadakan homili. (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis art. 34)

Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi no 71. Diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.